Sabtu, 16 Februari 2013

FILSAFAH SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN (KPTK)



PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia denganmakhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebihberarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu j uga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan abstrak. Pedagogik, selain bercorak teoritis, juga bersifat praktis. Untuk yang teoritis diutarakanlah hal-hal yang bersifat normative, ialah menunjuk kepada standard nilai tertentu; sedangkan yang praktis, menunjukkan bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan. Pedagogik, sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan dan sesuai dengan jiwa dan isinya; agar dapat memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan filsafat. Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan, dan dikatakan hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidikan memerlukan iluminasi dan bantuan penyelesaiannya dari filsafat.
Filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan. Cabang-cabang suatu system filsafat, dapat mendasari berbagai pemikiran mengenai pendidikan. Misalnya, metafisika-karena “tinjauannya yang mendalam mengenai hal-hal dibalik dunia fisik”, memberikan dasar-dasar pemikiran mengenai kurikulum, aksiologi, mengenai masalah nilai dan kesusilaan; sedangkan logika memberikan landasan pikiran mengenai pengembangan pendidikan kecerdasa.
Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan ini, sudah barang tentu merupakan sumbangan utama bagi pembinaan pedagogic. Teori-teori yang tersusun karenanya dapat disebut pendidikan yang berlandaskan filsafat.
Bila di muka telah diutarakan adanya filsafat pendidikan yang berlandaskan filsafat, masih ada pendekatan lain yang berbeda aranya. Filsafat pendidikan dapat terbentuk berdasarkan pendidikan; artinya, pendidikan dengan problema-problemanya yang bersifat filosofis dipilih yang memerlukan jawab secara filosofis pula. Filsafat pendidikan yang timbul demikian ini biasanya bersifat terbuka akan kemungkinan-kemungkinan baru.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga tersebut memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi jugatransfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia. Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Adapun cakupan landasan pendidkan adalah : landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai landasan filsafat.
Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. filsafat membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering dikatakan filsafat umum. sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni, filsafat agama, dan sebagainya.
Jadi berfikir filsafat dalam pendidikan adalah berfikir mengakar/menuju akar atau intisari pendidikan. Terdapat cukup alasan yang baik untuk belajar filsafat, khususnya apabila ada pertanyaan-pertanyaan rasional yang tidak dapat atau seyogyanya tidak dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu. Misalnya: apakah yang dimaksud dengan pengetahuan dan/atau ilmu? Dapatkah kita bergerak ke kiri dan kanan di dalam ruang tetapi tidak terikat oleh waktu? Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sekitar pendidikan dan ilmu pendidikan. Kiranya kegiatan pendidikan bukanlah sekedar gejala sosial yang bersifat rasional semata mengingat kita mengharapkan pendidikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia, lebih-lebih untuk anak-anak kita masing-masing; ilmu pendidikan secara umum tidak begitu maju ketimbang ilmu-ilmu sosial dan biologi tetapi tidak berarti bahwa ilmu pendidikan itu sekedar ilmu atau suatu studi terapan berdasarkan hasil-hasil yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan atau ilmu perilaku.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
FILSAFAT SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN



PEMBAHASAN
A.     Pengertian Filsafat
Secara etimologi kata flsafat berasal dari kata Yunani yaitu filosofia yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan, kata tersebut juga berasal dari kata Yunani yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai/philia yang berarti cintadan Sophia yang berarti kearifan. Dan kata tersebut lahirlah kata Inggris philo dan sophy yang biasanya diterjemahkan sebagai lambing “cinta kearifan”.
Dari pengertian secara etimologi itu, menurut Prof. Dr. Harun Nastion memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
1.                  Pengetahuan tentang hikmah;
2.                  Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar;
3.                  Mencari kbenaran;
4.                  Membahas dasar-dasar dari apa yang di bahas.
Filsafat menurut para ahli adalah:
1.                  Konsep Plato
Plato memberikan istilah dengan dialektika yang berartoi seni berdiskusi.
2.                  Konsep Al-Kindi
Sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat islam membagi filsafat dalam 3 macam, yaitu:
a.      Ilmu Fisika
b.      Ilmu Matematika
c.       Ilmu Ke Tuhanan
3.      Konsep Al-Farabi
Menurut Al-Farabi adalah ilmu yang menyelidiki hakekat yang sebenarnya dari segala yang ada.
4.                  Konsep Aristoteles
Berpendapat bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab-sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang sangat umumsekali.
5.                  Konsep Ibnu Sina
Membagi filsafat menjadi 2 bagian yaitu teori dan praktek yang kedua-duanya berhubungan dengan agama dimana dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga dan akal manusia.

Pengertian filsafat secara luas adalah :
1.      Usaha sperkulatif manusia yang sangat rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh pengetahuan selengkap mungkin berdasarkan kaidah imiah.
2.      Ikhtiar atau usaha untuk menentukan batas-batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh.
3.      Wacana tempat berlangsngnya penelusuran krtis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
4.      Dapat di pandang sebagai suatu tubuh pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita lihat dan katakana. Dia harus seirng dan sejalan dalam aplikasi dan penerapannya di lapangan.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu haya di tinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengetur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Filsafat merupakan pengetahuan yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan manusia secara kritis. Filsafat disebut juga ilmu pengetahuan yang mencari hakekat dari berbagai fenomena kehidupan manusia. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan. Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakekat dan memperoleh hikmat.
Dalam sejarah filsafat Yunani filsafat mencakup seluruh bidang pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai objek material dan formal. Namun yang membedakan diantara keduanya adalah filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya.
Filsafat menjembatani cara berpikir secara
1.      Ontologi : hakekat apa yang di kaji
2.      Epistemologi : cara mendapatkan pengetahuan yang benar
3.      Aksiologi : nilai kegunaan ilmu
B.     Ilmu
Ilmu adalah suatu pengetahuan ilmiah yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut
1.      Dasar pembenaran yang dapat di buktikan dengan metode ilmiah dan teruji dengan cara kerja ilmiah.
2.      Sistematik yaitu terdapatnya system yang tersusun dari mulai proses, metode, dan produk yang saling terkait.
3.      Intersubyektif yaitu terjamin keabsahan dan kebenarannya.
Sifat-sifat ilmu yang penting yaitu :
1.      Universal yaitu berlaku untuk umum, lintas ruang dan waktu yang berada di bumi ini.
2.      Communicable yaitu dapat mengkomunikasikan dan memberikan pengetahuan baru kepada orang lain.
3.      Progresif yaitu adanya kemajuan, perkembangan, atau peningkatan yang merupakan tuntutan modern.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekolah dasar pendidikan lanjtan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga di sebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Semua ilmu baik ilmu social maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu fisafat.
Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu :
1.      Apa yang di sebut benar dan apa yang disebut salah (logika);
2.      Mana yang di anggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika);
3.      Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).

C.     Filasafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menelidiki sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu, terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya. Kerapkali kita lihat ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Aspek filsafat sesungguhnya merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kinerja dan mutu pendidikan di suatu Negara. Di samping kajian filsafat mengenai eksistensi ilmu pendidikan, perumusan dan kejelasan filsafat pendidikan itu sendiri akan menentukan kebijakan dasar pendidikan, dan selanjutnya menentukan tingkat kemajuan dan perkembangan pendidikan nasional. Atas dasar itu ilmu dan aplikasi pendidikan secara komprehensif membahas berbagai aspek dan persoalan pendidikan teoritis/filosofis, pendidikan praktis, pendidikan disiplin ilmu, dan pendidikan lintas bidang, sangatlah tepat dan strategis.
Pada sisi lain, falsafah yang mendasari ilmu pendidikan serta kebijakan dasar pendidikan secara umum, pada saat ini dihadapkan pada konteks masyarakat Indonesia yang sedang berubah, suatu masyaerakat reformasi transisional yang diharapkan menuju masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, demokrasi, egaliter, menghargai kenyataan pluralitas masyarakat dan sumber daya, otonomi, dsbnya.
Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati nilai-nilai agar mampu mendalami nilai-nilai dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati itu.
 “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”.
Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi.
Itu sebabnya pendidikan dalam praktek adalah fakta empiris yang syarat nilai berhubung interaksi manusia dalam pendidikan tidak hanya timbal balik dalam arti komunikasi dua arah melainkan harus lebih tinggi mencapai tingkat maniusiawi seperti saya atau siswa mendidik diri sendiri atas dasar hubungan pribadi dengan pribadi (higher order interactions) antar individu dan hubungan intrapersonal secara afektif antara saya (yaitu I) dan diriku (diri sendiri yaitu my self atau the self). Pendidik memang harus bertindak pada latar mikro termasuk dalam kelas atau di sekolah kecil, mempengaruhi peserta didik dan itu diapresiasi oleh telaah pendidikan berskala mikro, yaitu oleh paedagogik (teoritis) dan andragogi (suatu pedagogic praktis). Itu sebabnya ilmu pendidikan harus lebih inklusif daripada pengajaran (yang makro) lebih utama daripada mengajar dan mendidik. Bahkan kegiatan pengajaran disekolah memerlukan perencanaan dalam arti penyusunan persiapan mengajar. Dalam pandangan ilmu pendidikan yang otonom, ruang lingkup pengajaran tidak dengan sendirinya mencakup kegiatan mendidik dan mengajar.
Atas dasar pokok-pokok pikiran tentang aspek lahiriah, psikologis dan rohaniah dari manusia dalam fenomena pendidikan maka pendidikan dalam praktek haruslah secara lengkap mencakup bimbingan, mendidik, mengajar dan pengajaran. Dalam fenomena yang normal peserta didik dapat didorong aga belajar aktif melalui bimbingan dan mengajar. Tetapi adakalanya dalam situasi kritis siswa perlu meniru cara guru yang aktif belajar sendiri
Ini berarti bahwa landasan pendidikan terdapat dalam pendidikan itu sendiri, yaitu faktor manusianya. Dengan demikian landasan-landasan pendidikan tidak mesti dicari diluar fenomena (gejala) pendidikan termasuk ilmu-ilmu lain dan atau filsafat tertentu dari budaya barat. Oleh karena itu data ilmu pendidikan tidak tergantung dari studi ilmu psikologi., fisiologi, sosiologi, antropologi ataupun filsafat.

D.     Ilmu Pendidikan
Pendidikan merupakan satu bidang ilmu sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yakni filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dari pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh maunusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia. Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum atau murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.
Dasar-dasar ilmu pendidikan yaitu :
1.      Pendagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena pendidikan, yaitu :
Adapun data itu mencakup fakta dan nilai serta jalinan antara keduanya. Data factual tidak berasal dari ilmu lain tetapi dari objek yang dihadapi yang ditelaah ilmuwan itu secara empiris. Begitu pula data nilai tidak berasal dari filsafat tertentu melainkan dari pengalaman atas manusia secara hakiki. Filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu pendidikan tidak menganut aliran atau suatu filsafat tertentu.
Implikasi jelas bahwa batang tubuh ilmu pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup
a.       Relasi sesame manusia pendidik dengan terdidik
b.      Pentingnya ilmu pendidikan mempergunakan metode fenomenologi secara kualitatif.
c.       Orang dewasa yang berperan sebagai pendidik.
d.      Keberadaan anak manusia sebagai terdidik
e.       Tujuan pendidikan
f.        Tindakan dan proses pendidikan.
g.       Lingkungan dan lembaga pendidikan.
Pendidikan luar sekolah dalam arti terbatas dengan batang tubuh yang di perlukan lingkupnya sehingga meliputi :
a.       Konteks social buadaya
b.      Filsafat pendidikan dan sejarah pendidikan
c.       Teori, pengembangan dan pembinaan kurikulum, serta cabang ilmu pendidikan lainnya yang bersifat preskriptif
d.      Berbagai study empiric tentang fenomena pendidikan
e.       Berbagai study pendidikan aplikatif khususnya mengenai pengajaran termasuk pengembangan.
Dalam pedagogic terdapat pembicaraan tentang factor pendidikan yang meliputi :
a.       Tujuan hidup
b.      Landasan falsafah dan yuridis pendidikan
c.       Pengelolaan pendidikan
d.      Teori dan pengembangan kurikulum
e.       Pengajaran dalam arti pembelajaran yaitu pelaksanaan kurikulum dalam arti luas di lembaga formal dan non formal terkait.
2.      Telaah ilmiah dan kontribusi ilmu bantu
Yang menjadi inti ilmu pendidikan teoritis ialah Pedagogik sebagai ilmu mendidik yaitu mengenai tealaah (atau studi) pendidikan anak oleh orang dewasa. Pedagogik teoritis selalu bersifat sistematis karena harus lengkap problematic dan pembahasannya.
Diantara ilmu bantu yang penting bagi pedagogic dan androgogi ialah : biologi, psikologi, sosiologi, antropologi budaya, sejarah dan fenomenologi (filsafah).
a.       Pendekatan fenomenologi dalam menelaah gejala pendidikan
Pedagogik adalah ilmu pendidikan yang bersifat teoritis dan bukan pedagogic yang filosofis. Pedagogik melakukan telaah fenomenologis atas fenomen yang bersifat empiris sekalipun bernuansa normative. Berfikir filosofis pada satu sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan bersama-sama.
b.      Kontribusi ilmu-ilmu bantu terhadap pedagogic
Ilmu pendidikan khususnya pedagogic dan androgogi tidak menggunakn metoda deskriptif-eksperimental karena manfaatnya terbtas pada pemahaman atas perubahan perilaku siswa. Sedangkan prediksi dan kontrol yang eksperimental diterapakan dan itupun manfaatnya terbatas sekali.
Pedagogic dan androgogi harus menjadi ilmu otonom yang menerapkan metode fenomenologi secara kualitatif. Maksudnya ialah agar dapat memperoleh data yang tidak normative (data factual) dalam jumlah seperlunya dari ilmu biologi, psikologi dan ilmu-ilmu sosial.

E.      Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Oleh karena bersifat filosofis dengan sendirinya filsafat pendidikan ini pada hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan. Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan ini tidak hanya ke-insidental, melainkan suatu keharusan.
Oleh karena filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai relita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidikan. Di samping itu, pengalaman pendidik dalam menuntun pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita. Semuanya ini dapat disampaikan kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri.
Bila pendidik memandang formasubstansialitas manusia itu bersifat biologis, dapat mempunyai visi pendidikan dan naturalistis. Pendidik dalam lingkungan adalah jean Jacques rousseau, yang menuliskan pandangan-pandangannya dalam bukunya yang berjudul emile. Dalam buku ini dituliskan bahwa latihan indera adalah praktek pendidikan yang amat penting artinya. Lain halnya bila anak didik dipandang sebagai makhluk spiritual. Landasan untuk menentukan ide dan tujuan pendidikan adalah pandangan keabadian dan ke-Tuhanan. Anak didik dipandang mempunyai kepribadian bukan sebagai entitet mekanistis belaka.
Filsafat pendidikan telah sewajarnya dipelajari oleh mereka yang memperdalam ilmu pendidikan dan keguruan. Ada beberapa alasan untuk ini :
a.       Adanya problema-problema pendidikan yang timbul dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian ahlinya masing-masing.
b.      Dapatlah diperkirakan bahwa barang siapa yang mempelajari filsafar pendidikan dapat mempunyai pandangan-pandangan yang jangkauannya meliputi hal-hal yang diketemukan secara ekseprimental atau empiris.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam study mengenai masalah-masalah pendidikan.
Menurut Zanti Arbi (1988) Filsafat Pendidikan adalah meliputi sebagai berikut :
1.   Menginspirasikan
Memberi insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Sudah tentu ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarakat atau lingkungan dan negara.
2.   Menganalisis
Memeriksa teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancan, umpang tindih, serta arah yang simpang siur.
3.      Mempreskriptifkan
Upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas, target-target pendidikan bila dipandang perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat anak-anak.
.4.  Menginvestigasi
Memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatau konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penelitian.
Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan diantaranya :
1.      Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.      Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
3.      Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
4.      Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5.      Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
1.      Filsafat Praktek Pendidikan
Diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan.
Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah pokok yaitu :
a.   apakah sebenarnya pendidikan itu;  
b.   apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan
c.   dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai
2.      Filsafat Ilmu Pendidikan.
Secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif.
      Filsafat ilmu pendidikan membahas mengenai
a.       Struktur ilmu
b.      Kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.

Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu :
a.       Ontologi Ilmu Pendidikan yang membahas tentang hakekat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan.
b.      Epistomologi Ilmu Pendidikan yang membahas tentang hakekat objek formal dan material ilmu pendidikan.
c.       Metodologi Ilmu Pendidikan yang membahas tentang hakekat cara-cara kerja dalam menyusun ilmun pengetahuan.
d.      Aksiologi Ilmu Pendidikan yang membahas tentang hakekat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan.
Pedekatan-pendekatan Filsafat Pendidikan
1.      Pendidikan progresif.
Pendidikan progresif kontemporer dala filsafat pendidikan bersumber pada dasar-dasar pemikiran sebagai berikut :
a.       Bahwa dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat social humane ilmiah, yang spektis terhadap kenyataan yang metafisis transedental.
b.      Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup yang essensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang.
c.       Bahwa ‘truth is man-made’ artinya kebenaran dan kenyataan adalah hasil kreasi manusia, dengan sifatnya yang tempore bahkan subyektif.
d.      Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan pendidikan relative ditentukan oleh perkembangan tenaga pengembang sejarah atau social manusia.
e.       Bahwa antara tujuan dan alat sarana hidup dan penghidupan manusia di tentukan oleh tenaga pengembang sejarah atau social manusia.
2.      Pendekatan tradisional dalam filsafat pendidikan melandaskan diri pada asas-asas di bawah ini :
a.       Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat dan ilmu pengetahuan normative yag lain, sehingga mempelajari filsafat harus memiliki pegetahuan tentang filsafat.
b.      Bahwa kenyataan yang esenssial baik dan benar dalah segala kenyataan yang tetap kekal, dan abadi.
c.       Bahwa nilai dan norma yang benar adalah nilai yang absolute, universal, dan obyektif.
d.        Bahwa tujuan yang baik dan benar menentukan alat dan sarana artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.
e.         Bahwa factor-faktor pengembang sejarah dan social adalah memberikan sarana dan alat untuk tujuan kemakuran hidup, sebagai tujuan hidup dan pendidikan hidup sebagai tujuan hidup dan pendidikan yang didasarkan pada aliran filsafat tertentu.

F.      Filsafat Ilmu Pendidikan
Antara filsafat dan ilmu pendidikan terdapat hubugan horizontal, meluas ke samping, yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan cabang ilmu yang lainnya, sehingga merupakan sintesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Seperti ilmu sosiologi pendidikan merupakan ilmu terapan, yaitu suatu lapangan studi yang mempelajari sumber-sumber sosiologis terhadap problema-problema pendidikan umpamanya, dan seterusnya yang masih banyak lagi.
Filsafat pendidikan dengan dikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran. Sebaliknya filsafat pendidikan menunjukkan hubugan vertical, naik k eats atau turun ke bawah, dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertical antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan pendalaman ats rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis. Prinsip dasar yang dikemukakan oleh Thorndike ini menjadi salah satu motor penggerak pengembangan ilmu pendidikan, yang pada waktu ini dapat dihayati dengan pengungkapan data kuantitatif yang merupakan salah satu dari kekayaannya. Tugas ilmu menjadi lebih Nampak hasilnya bila telah sampai pada terjangkaunya hasil-hasil penelitian yang pengujian hipotesa, laporan serta rekomendasinya.
Disamping pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kuantitatif seperti tersebut diatas, ada yang lain-lain yang memerlukan jawa yang dapat menunjukkan hakiki dan kearah mana pendidikan itu dibawa. Misalnya : untuk apakah sebenarnya sekolah itu didirikan? Anak didik itu ada sebagai ia berada, sedangkan masyarakat dan Negara menginginkan anak didik terbina sesuia dengan ideology yang telah digariskan. Maka timbul pertanyaan apakah yang seharusnya pendidikan lakukan untuk memimpin anak didik itu untuk mewujudkan tujuan diatas.
Jawab mengenai pertanyaan pertama seharusnya berkisar pada konsep atau landasan pikiran bahwa pendidikan memerlukan suatu lembaga diluar keluarga, yang mempunyai peranan bagi terbinanya masyarakat yang ideal. Sedangkan untuk pertanyaan kedua diperlukan jawan yang berupa konsep-konsep tentang isi dan proses pendidikan yang mempertemukan potensi anak didik dan gambaran manusia ideal menurut masyarakat dan Negara itu.

G.     Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan
Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan.
Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.

H.     Hubungan Filsafat Pendidikan Dengan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan atau pedagogic adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyuluruh dan abstrak. Pedagogic selain bercorak teoritis diutarakanlah hal-hal yang bersifat normatif, ialah menunjuk kepada standar nilai tertentu, sedangkan yang praktis, menunjukkan bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan. Pedagogic sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan dan sesuai dengan jiwa dan isinya, agar dapat memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu tentu memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan filsafat. Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan dan dikatakan hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidiakan memerlukan ilmuniasi dan bantuan penyelesaian dalam filsafat.
Filsafat pendidikan sebagai ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan, terutama dalam melihat dan meyelesaikan persoalan pendidikan yang nondiskriminatif. (Imam Barnadib,1995:7)

I.        Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik.

J.       Filsafat Dan Teori Pendidikan
1.      Teori pendidikan klasik ( Classical Education)
Pendidikan ini berfungsi memelihara, mengawetkan dan meneruskan semua warisan budaya yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai yang telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Teori ini lebih menekankan pada peranan isi pendidikan dari pada proses atau bagaimana mengerjakannya.
Ada dua modul kependidikan klasik yaitu :
a.       Parenialisme yang berkembang di Eropa dalam masyarakat aristokratis-agraris.
b.      Essensialisme berkembang di AS dalam masyarakat industri.
2.      Teori pendidikan pribadi ( personalized Education)
Pendidikan lebih mengutamakan pada peranan siswa, pendidik menempati posisi kedua, ia lebih sebagai psikolog bidang yang membantu siswa melahirkan ide-idenya, sebagai pembimbing, pendorong, psikiator dan pelajar bagi siswa.
Pengalaman merupakan isi sekaligus guru alamiah bagi anak. Anak tidak diajari tetapi didorong untuk belajar. Guru menyediakan lingkungan belajar, memberikan kebebasan agar anak belajar dan berkembang sendiri. Guru juga berperan sebagai sumber lingkungan belajar, membantu siswa dan menjaga hal-hal yang mengganggu perkembangan siswa.
3.      Teori Teknologi Pendidikan
Pendidikan ini memiliki kesamaan dengan pendidikan klasik, perbedaannya lebih mengutamakan teknologi pendidikan yaitu pembentukan dan penggunaan kompetensi, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama, lebih berorientasi pada masa sekarang dan akan datang, bukan masa lalu. Konsep pendidikan ini mengutamakan segi empiris, informasi objektif yang dapat diamati dan diakui serta dihitung secara haikiki.
4.      Filsafat & Teori Pendidikan
Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan matode ilmiah. Masalah-masalah kependidikan merupakan pertanyaan-pertanyaan piloshopis yang memerlukan pendekatan piloshopis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatan dapat menghasilkan pendangan-padangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan dengan demikian terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut :
a.       Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problemantika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang berkembang oleh seseorang filosofi tertentu berdasarkan corak serta warna aliran filsafat yang dianutnya.
b.      Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan pandangan dan aliran filsafat tertentu mempunyai relevansi di kehidupan nyata.
Artinya : Mengarahkan agar teori-teori dan pandangan Filsafat Pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Disinilah letak fungsi filsafat pendidikan dan memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut yang sesuai dengan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
c.       Filsafat, termasuk juga filsafat Pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah diantara dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan /paedagogik.
Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala kependidikan yang tertentu pula.
Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut dan untuk selanjutnya menyimpul serta dapat di susun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik). Disamping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat hubungan yang bersifat suplementar sebagaimana dikemukakan oleh "Azi Saefullah" dalam hubungan antara filsafat dan pendidikan sebagai berikut.
Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatan pada 2 fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
·        Kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
·        Kegiatan merumuskan sistem / teori pendidikan (Science of Education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan / organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam membangun masyarakat dan negara.
Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu : Filsafat pendidikan dan sistem / teori pendidikan dan hubungan antara ke duanya adalah bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidikan dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu.


KESIMPULAN

a.       Pengertian filsafat secara luas adalah
Ø  Usaha sperkulatif manusia yang sangat rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh pengetahuan selengkap mungkin berdasarkan kaidah imiah.
Ø  Ikhtiar atau usaha untuk menentukan batas-batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh.
Ø  Wacana tempat berlangsngnya penelusuran krtis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
Ø  Dapat di pandang sebagai suatu tubuh pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita lihat dan katakana. Dia harus seirng dan sejalan dalam aplikasi dan penerapannya di lapangan.
b.      Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan.
c.       Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
d.      Pedagogic sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan dan sesuai dengan jiwa dan isinya, agar dapat memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu tentu memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan filsafat. Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan dan dikatakan hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidiakan memerlukan ilmuniasi dan bantuan penyelesaian dalam filsafat.


DAFTAR PUSTAKA

Barnadib,Prof. Imam, M.A,Ph.D.1987.Filsafat Pendidikan(Pengantar Mengenai Sistem Dan Metode).YPFIP IKIP Yogyakarta:Yogyakarta.
Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek.
Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Saifullah, Drs.Ali H.A.1977.Antara Filsafat dan Pendidikan.Usana Offset:Surabaya

Tidak ada komentar :

Sabtu, 16 Februari 2013

FILSAFAH SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN (KPTK)



PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia denganmakhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebihberarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu j uga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan abstrak. Pedagogik, selain bercorak teoritis, juga bersifat praktis. Untuk yang teoritis diutarakanlah hal-hal yang bersifat normative, ialah menunjuk kepada standard nilai tertentu; sedangkan yang praktis, menunjukkan bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan. Pedagogik, sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan dan sesuai dengan jiwa dan isinya; agar dapat memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan filsafat. Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan, dan dikatakan hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidikan memerlukan iluminasi dan bantuan penyelesaiannya dari filsafat.
Filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan. Cabang-cabang suatu system filsafat, dapat mendasari berbagai pemikiran mengenai pendidikan. Misalnya, metafisika-karena “tinjauannya yang mendalam mengenai hal-hal dibalik dunia fisik”, memberikan dasar-dasar pemikiran mengenai kurikulum, aksiologi, mengenai masalah nilai dan kesusilaan; sedangkan logika memberikan landasan pikiran mengenai pengembangan pendidikan kecerdasa.
Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan ini, sudah barang tentu merupakan sumbangan utama bagi pembinaan pedagogic. Teori-teori yang tersusun karenanya dapat disebut pendidikan yang berlandaskan filsafat.
Bila di muka telah diutarakan adanya filsafat pendidikan yang berlandaskan filsafat, masih ada pendekatan lain yang berbeda aranya. Filsafat pendidikan dapat terbentuk berdasarkan pendidikan; artinya, pendidikan dengan problema-problemanya yang bersifat filosofis dipilih yang memerlukan jawab secara filosofis pula. Filsafat pendidikan yang timbul demikian ini biasanya bersifat terbuka akan kemungkinan-kemungkinan baru.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga tersebut memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi jugatransfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia. Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Adapun cakupan landasan pendidkan adalah : landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai landasan filsafat.
Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. filsafat membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering dikatakan filsafat umum. sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni, filsafat agama, dan sebagainya.
Jadi berfikir filsafat dalam pendidikan adalah berfikir mengakar/menuju akar atau intisari pendidikan. Terdapat cukup alasan yang baik untuk belajar filsafat, khususnya apabila ada pertanyaan-pertanyaan rasional yang tidak dapat atau seyogyanya tidak dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu. Misalnya: apakah yang dimaksud dengan pengetahuan dan/atau ilmu? Dapatkah kita bergerak ke kiri dan kanan di dalam ruang tetapi tidak terikat oleh waktu? Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sekitar pendidikan dan ilmu pendidikan. Kiranya kegiatan pendidikan bukanlah sekedar gejala sosial yang bersifat rasional semata mengingat kita mengharapkan pendidikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia, lebih-lebih untuk anak-anak kita masing-masing; ilmu pendidikan secara umum tidak begitu maju ketimbang ilmu-ilmu sosial dan biologi tetapi tidak berarti bahwa ilmu pendidikan itu sekedar ilmu atau suatu studi terapan berdasarkan hasil-hasil yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan atau ilmu perilaku.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
FILSAFAT SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN



PEMBAHASAN
A.     Pengertian Filsafat
Secara etimologi kata flsafat berasal dari kata Yunani yaitu filosofia yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan, kata tersebut juga berasal dari kata Yunani yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai/philia yang berarti cintadan Sophia yang berarti kearifan. Dan kata tersebut lahirlah kata Inggris philo dan sophy yang biasanya diterjemahkan sebagai lambing “cinta kearifan”.
Dari pengertian secara etimologi itu, menurut Prof. Dr. Harun Nastion memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
1.                  Pengetahuan tentang hikmah;
2.                  Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar;
3.                  Mencari kbenaran;
4.                  Membahas dasar-dasar dari apa yang di bahas.
Filsafat menurut para ahli adalah:
1.                  Konsep Plato
Plato memberikan istilah dengan dialektika yang berartoi seni berdiskusi.
2.                  Konsep Al-Kindi
Sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat islam membagi filsafat dalam 3 macam, yaitu:
a.      Ilmu Fisika
b.      Ilmu Matematika
c.       Ilmu Ke Tuhanan
3.      Konsep Al-Farabi
Menurut Al-Farabi adalah ilmu yang menyelidiki hakekat yang sebenarnya dari segala yang ada.
4.                  Konsep Aristoteles
Berpendapat bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab-sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang sangat umumsekali.
5.                  Konsep Ibnu Sina
Membagi filsafat menjadi 2 bagian yaitu teori dan praktek yang kedua-duanya berhubungan dengan agama dimana dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga dan akal manusia.

Pengertian filsafat secara luas adalah :
1.      Usaha sperkulatif manusia yang sangat rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh pengetahuan selengkap mungkin berdasarkan kaidah imiah.
2.      Ikhtiar atau usaha untuk menentukan batas-batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh.
3.      Wacana tempat berlangsngnya penelusuran krtis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
4.      Dapat di pandang sebagai suatu tubuh pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita lihat dan katakana. Dia harus seirng dan sejalan dalam aplikasi dan penerapannya di lapangan.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu haya di tinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengetur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Filsafat merupakan pengetahuan yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan manusia secara kritis. Filsafat disebut juga ilmu pengetahuan yang mencari hakekat dari berbagai fenomena kehidupan manusia. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan. Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakekat dan memperoleh hikmat.
Dalam sejarah filsafat Yunani filsafat mencakup seluruh bidang pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai objek material dan formal. Namun yang membedakan diantara keduanya adalah filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya.
Filsafat menjembatani cara berpikir secara
1.      Ontologi : hakekat apa yang di kaji
2.      Epistemologi : cara mendapatkan pengetahuan yang benar
3.      Aksiologi : nilai kegunaan ilmu
B.     Ilmu
Ilmu adalah suatu pengetahuan ilmiah yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut
1.      Dasar pembenaran yang dapat di buktikan dengan metode ilmiah dan teruji dengan cara kerja ilmiah.
2.      Sistematik yaitu terdapatnya system yang tersusun dari mulai proses, metode, dan produk yang saling terkait.
3.      Intersubyektif yaitu terjamin keabsahan dan kebenarannya.
Sifat-sifat ilmu yang penting yaitu :
1.      Universal yaitu berlaku untuk umum, lintas ruang dan waktu yang berada di bumi ini.
2.      Communicable yaitu dapat mengkomunikasikan dan memberikan pengetahuan baru kepada orang lain.
3.      Progresif yaitu adanya kemajuan, perkembangan, atau peningkatan yang merupakan tuntutan modern.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekolah dasar pendidikan lanjtan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga di sebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Semua ilmu baik ilmu social maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu fisafat.
Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu :
1.      Apa yang di sebut benar dan apa yang disebut salah (logika);
2.      Mana yang di anggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika);
3.      Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).

C.     Filasafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menelidiki sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu, terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya. Kerapkali kita lihat ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Aspek filsafat sesungguhnya merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kinerja dan mutu pendidikan di suatu Negara. Di samping kajian filsafat mengenai eksistensi ilmu pendidikan, perumusan dan kejelasan filsafat pendidikan itu sendiri akan menentukan kebijakan dasar pendidikan, dan selanjutnya menentukan tingkat kemajuan dan perkembangan pendidikan nasional. Atas dasar itu ilmu dan aplikasi pendidikan secara komprehensif membahas berbagai aspek dan persoalan pendidikan teoritis/filosofis, pendidikan praktis, pendidikan disiplin ilmu, dan pendidikan lintas bidang, sangatlah tepat dan strategis.
Pada sisi lain, falsafah yang mendasari ilmu pendidikan serta kebijakan dasar pendidikan secara umum, pada saat ini dihadapkan pada konteks masyarakat Indonesia yang sedang berubah, suatu masyaerakat reformasi transisional yang diharapkan menuju masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, demokrasi, egaliter, menghargai kenyataan pluralitas masyarakat dan sumber daya, otonomi, dsbnya.
Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati nilai-nilai agar mampu mendalami nilai-nilai dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati itu.
 “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”.
Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi.
Itu sebabnya pendidikan dalam praktek adalah fakta empiris yang syarat nilai berhubung interaksi manusia dalam pendidikan tidak hanya timbal balik dalam arti komunikasi dua arah melainkan harus lebih tinggi mencapai tingkat maniusiawi seperti saya atau siswa mendidik diri sendiri atas dasar hubungan pribadi dengan pribadi (higher order interactions) antar individu dan hubungan intrapersonal secara afektif antara saya (yaitu I) dan diriku (diri sendiri yaitu my self atau the self). Pendidik memang harus bertindak pada latar mikro termasuk dalam kelas atau di sekolah kecil, mempengaruhi peserta didik dan itu diapresiasi oleh telaah pendidikan berskala mikro, yaitu oleh paedagogik (teoritis) dan andragogi (suatu pedagogic praktis). Itu sebabnya ilmu pendidikan harus lebih inklusif daripada pengajaran (yang makro) lebih utama daripada mengajar dan mendidik. Bahkan kegiatan pengajaran disekolah memerlukan perencanaan dalam arti penyusunan persiapan mengajar. Dalam pandangan ilmu pendidikan yang otonom, ruang lingkup pengajaran tidak dengan sendirinya mencakup kegiatan mendidik dan mengajar.
Atas dasar pokok-pokok pikiran tentang aspek lahiriah, psikologis dan rohaniah dari manusia dalam fenomena pendidikan maka pendidikan dalam praktek haruslah secara lengkap mencakup bimbingan, mendidik, mengajar dan pengajaran. Dalam fenomena yang normal peserta didik dapat didorong aga belajar aktif melalui bimbingan dan mengajar. Tetapi adakalanya dalam situasi kritis siswa perlu meniru cara guru yang aktif belajar sendiri
Ini berarti bahwa landasan pendidikan terdapat dalam pendidikan itu sendiri, yaitu faktor manusianya. Dengan demikian landasan-landasan pendidikan tidak mesti dicari diluar fenomena (gejala) pendidikan termasuk ilmu-ilmu lain dan atau filsafat tertentu dari budaya barat. Oleh karena itu data ilmu pendidikan tidak tergantung dari studi ilmu psikologi., fisiologi, sosiologi, antropologi ataupun filsafat.

D.     Ilmu Pendidikan
Pendidikan merupakan satu bidang ilmu sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yakni filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dari pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh maunusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia. Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum atau murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.
Dasar-dasar ilmu pendidikan yaitu :
1.      Pendagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena pendidikan, yaitu :
Adapun data itu mencakup fakta dan nilai serta jalinan antara keduanya. Data factual tidak berasal dari ilmu lain tetapi dari objek yang dihadapi yang ditelaah ilmuwan itu secara empiris. Begitu pula data nilai tidak berasal dari filsafat tertentu melainkan dari pengalaman atas manusia secara hakiki. Filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu pendidikan tidak menganut aliran atau suatu filsafat tertentu.
Implikasi jelas bahwa batang tubuh ilmu pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup
a.       Relasi sesame manusia pendidik dengan terdidik
b.      Pentingnya ilmu pendidikan mempergunakan metode fenomenologi secara kualitatif.
c.       Orang dewasa yang berperan sebagai pendidik.
d.      Keberadaan anak manusia sebagai terdidik
e.       Tujuan pendidikan
f.        Tindakan dan proses pendidikan.
g.       Lingkungan dan lembaga pendidikan.
Pendidikan luar sekolah dalam arti terbatas dengan batang tubuh yang di perlukan lingkupnya sehingga meliputi :
a.       Konteks social buadaya
b.      Filsafat pendidikan dan sejarah pendidikan
c.       Teori, pengembangan dan pembinaan kurikulum, serta cabang ilmu pendidikan lainnya yang bersifat preskriptif
d.      Berbagai study empiric tentang fenomena pendidikan
e.       Berbagai study pendidikan aplikatif khususnya mengenai pengajaran termasuk pengembangan.
Dalam pedagogic terdapat pembicaraan tentang factor pendidikan yang meliputi :
a.       Tujuan hidup
b.      Landasan falsafah dan yuridis pendidikan
c.       Pengelolaan pendidikan
d.      Teori dan pengembangan kurikulum
e.       Pengajaran dalam arti pembelajaran yaitu pelaksanaan kurikulum dalam arti luas di lembaga formal dan non formal terkait.
2.      Telaah ilmiah dan kontribusi ilmu bantu
Yang menjadi inti ilmu pendidikan teoritis ialah Pedagogik sebagai ilmu mendidik yaitu mengenai tealaah (atau studi) pendidikan anak oleh orang dewasa. Pedagogik teoritis selalu bersifat sistematis karena harus lengkap problematic dan pembahasannya.
Diantara ilmu bantu yang penting bagi pedagogic dan androgogi ialah : biologi, psikologi, sosiologi, antropologi budaya, sejarah dan fenomenologi (filsafah).
a.       Pendekatan fenomenologi dalam menelaah gejala pendidikan
Pedagogik adalah ilmu pendidikan yang bersifat teoritis dan bukan pedagogic yang filosofis. Pedagogik melakukan telaah fenomenologis atas fenomen yang bersifat empiris sekalipun bernuansa normative. Berfikir filosofis pada satu sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan bersama-sama.
b.      Kontribusi ilmu-ilmu bantu terhadap pedagogic
Ilmu pendidikan khususnya pedagogic dan androgogi tidak menggunakn metoda deskriptif-eksperimental karena manfaatnya terbtas pada pemahaman atas perubahan perilaku siswa. Sedangkan prediksi dan kontrol yang eksperimental diterapakan dan itupun manfaatnya terbatas sekali.
Pedagogic dan androgogi harus menjadi ilmu otonom yang menerapkan metode fenomenologi secara kualitatif. Maksudnya ialah agar dapat memperoleh data yang tidak normative (data factual) dalam jumlah seperlunya dari ilmu biologi, psikologi dan ilmu-ilmu sosial.

E.      Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Oleh karena bersifat filosofis dengan sendirinya filsafat pendidikan ini pada hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan. Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan ini tidak hanya ke-insidental, melainkan suatu keharusan.
Oleh karena filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai relita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidikan. Di samping itu, pengalaman pendidik dalam menuntun pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita. Semuanya ini dapat disampaikan kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri.
Bila pendidik memandang formasubstansialitas manusia itu bersifat biologis, dapat mempunyai visi pendidikan dan naturalistis. Pendidik dalam lingkungan adalah jean Jacques rousseau, yang menuliskan pandangan-pandangannya dalam bukunya yang berjudul emile. Dalam buku ini dituliskan bahwa latihan indera adalah praktek pendidikan yang amat penting artinya. Lain halnya bila anak didik dipandang sebagai makhluk spiritual. Landasan untuk menentukan ide dan tujuan pendidikan adalah pandangan keabadian dan ke-Tuhanan. Anak didik dipandang mempunyai kepribadian bukan sebagai entitet mekanistis belaka.
Filsafat pendidikan telah sewajarnya dipelajari oleh mereka yang memperdalam ilmu pendidikan dan keguruan. Ada beberapa alasan untuk ini :
a.       Adanya problema-problema pendidikan yang timbul dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian ahlinya masing-masing.
b.      Dapatlah diperkirakan bahwa barang siapa yang mempelajari filsafar pendidikan dapat mempunyai pandangan-pandangan yang jangkauannya meliputi hal-hal yang diketemukan secara ekseprimental atau empiris.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam study mengenai masalah-masalah pendidikan.
Menurut Zanti Arbi (1988) Filsafat Pendidikan adalah meliputi sebagai berikut :
1.   Menginspirasikan
Memberi insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Sudah tentu ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarakat atau lingkungan dan negara.
2.   Menganalisis
Memeriksa teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancan, umpang tindih, serta arah yang simpang siur.
3.      Mempreskriptifkan
Upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas, target-target pendidikan bila dipandang perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat anak-anak.
.4.  Menginvestigasi
Memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatau konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penelitian.
Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan diantaranya :
1.      Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2.      Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
3.      Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
4.      Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5.      Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
1.      Filsafat Praktek Pendidikan
Diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan.
Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah pokok yaitu :
a.   apakah sebenarnya pendidikan itu;  
b.   apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan
c.   dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai
2.      Filsafat Ilmu Pendidikan.
Secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif.
      Filsafat ilmu pendidikan membahas mengenai
a.       Struktur ilmu
b.      Kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.

Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu :
a.       Ontologi Ilmu Pendidikan yang membahas tentang hakekat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan.
b.      Epistomologi Ilmu Pendidikan yang membahas tentang hakekat objek formal dan material ilmu pendidikan.
c.       Metodologi Ilmu Pendidikan yang membahas tentang hakekat cara-cara kerja dalam menyusun ilmun pengetahuan.
d.      Aksiologi Ilmu Pendidikan yang membahas tentang hakekat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan.
Pedekatan-pendekatan Filsafat Pendidikan
1.      Pendidikan progresif.
Pendidikan progresif kontemporer dala filsafat pendidikan bersumber pada dasar-dasar pemikiran sebagai berikut :
a.       Bahwa dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat social humane ilmiah, yang spektis terhadap kenyataan yang metafisis transedental.
b.      Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup yang essensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang.
c.       Bahwa ‘truth is man-made’ artinya kebenaran dan kenyataan adalah hasil kreasi manusia, dengan sifatnya yang tempore bahkan subyektif.
d.      Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan pendidikan relative ditentukan oleh perkembangan tenaga pengembang sejarah atau social manusia.
e.       Bahwa antara tujuan dan alat sarana hidup dan penghidupan manusia di tentukan oleh tenaga pengembang sejarah atau social manusia.
2.      Pendekatan tradisional dalam filsafat pendidikan melandaskan diri pada asas-asas di bawah ini :
a.       Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat dan ilmu pengetahuan normative yag lain, sehingga mempelajari filsafat harus memiliki pegetahuan tentang filsafat.
b.      Bahwa kenyataan yang esenssial baik dan benar dalah segala kenyataan yang tetap kekal, dan abadi.
c.       Bahwa nilai dan norma yang benar adalah nilai yang absolute, universal, dan obyektif.
d.        Bahwa tujuan yang baik dan benar menentukan alat dan sarana artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.
e.         Bahwa factor-faktor pengembang sejarah dan social adalah memberikan sarana dan alat untuk tujuan kemakuran hidup, sebagai tujuan hidup dan pendidikan hidup sebagai tujuan hidup dan pendidikan yang didasarkan pada aliran filsafat tertentu.

F.      Filsafat Ilmu Pendidikan
Antara filsafat dan ilmu pendidikan terdapat hubugan horizontal, meluas ke samping, yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan cabang ilmu yang lainnya, sehingga merupakan sintesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Seperti ilmu sosiologi pendidikan merupakan ilmu terapan, yaitu suatu lapangan studi yang mempelajari sumber-sumber sosiologis terhadap problema-problema pendidikan umpamanya, dan seterusnya yang masih banyak lagi.
Filsafat pendidikan dengan dikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran. Sebaliknya filsafat pendidikan menunjukkan hubugan vertical, naik k eats atau turun ke bawah, dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertical antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan pendalaman ats rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis. Prinsip dasar yang dikemukakan oleh Thorndike ini menjadi salah satu motor penggerak pengembangan ilmu pendidikan, yang pada waktu ini dapat dihayati dengan pengungkapan data kuantitatif yang merupakan salah satu dari kekayaannya. Tugas ilmu menjadi lebih Nampak hasilnya bila telah sampai pada terjangkaunya hasil-hasil penelitian yang pengujian hipotesa, laporan serta rekomendasinya.
Disamping pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kuantitatif seperti tersebut diatas, ada yang lain-lain yang memerlukan jawa yang dapat menunjukkan hakiki dan kearah mana pendidikan itu dibawa. Misalnya : untuk apakah sebenarnya sekolah itu didirikan? Anak didik itu ada sebagai ia berada, sedangkan masyarakat dan Negara menginginkan anak didik terbina sesuia dengan ideology yang telah digariskan. Maka timbul pertanyaan apakah yang seharusnya pendidikan lakukan untuk memimpin anak didik itu untuk mewujudkan tujuan diatas.
Jawab mengenai pertanyaan pertama seharusnya berkisar pada konsep atau landasan pikiran bahwa pendidikan memerlukan suatu lembaga diluar keluarga, yang mempunyai peranan bagi terbinanya masyarakat yang ideal. Sedangkan untuk pertanyaan kedua diperlukan jawan yang berupa konsep-konsep tentang isi dan proses pendidikan yang mempertemukan potensi anak didik dan gambaran manusia ideal menurut masyarakat dan Negara itu.

G.     Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan
Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan.
Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.

H.     Hubungan Filsafat Pendidikan Dengan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan atau pedagogic adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyuluruh dan abstrak. Pedagogic selain bercorak teoritis diutarakanlah hal-hal yang bersifat normatif, ialah menunjuk kepada standar nilai tertentu, sedangkan yang praktis, menunjukkan bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan. Pedagogic sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan dan sesuai dengan jiwa dan isinya, agar dapat memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu tentu memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan filsafat. Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan dan dikatakan hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidiakan memerlukan ilmuniasi dan bantuan penyelesaian dalam filsafat.
Filsafat pendidikan sebagai ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan, terutama dalam melihat dan meyelesaikan persoalan pendidikan yang nondiskriminatif. (Imam Barnadib,1995:7)

I.        Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik.

J.       Filsafat Dan Teori Pendidikan
1.      Teori pendidikan klasik ( Classical Education)
Pendidikan ini berfungsi memelihara, mengawetkan dan meneruskan semua warisan budaya yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai yang telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Teori ini lebih menekankan pada peranan isi pendidikan dari pada proses atau bagaimana mengerjakannya.
Ada dua modul kependidikan klasik yaitu :
a.       Parenialisme yang berkembang di Eropa dalam masyarakat aristokratis-agraris.
b.      Essensialisme berkembang di AS dalam masyarakat industri.
2.      Teori pendidikan pribadi ( personalized Education)
Pendidikan lebih mengutamakan pada peranan siswa, pendidik menempati posisi kedua, ia lebih sebagai psikolog bidang yang membantu siswa melahirkan ide-idenya, sebagai pembimbing, pendorong, psikiator dan pelajar bagi siswa.
Pengalaman merupakan isi sekaligus guru alamiah bagi anak. Anak tidak diajari tetapi didorong untuk belajar. Guru menyediakan lingkungan belajar, memberikan kebebasan agar anak belajar dan berkembang sendiri. Guru juga berperan sebagai sumber lingkungan belajar, membantu siswa dan menjaga hal-hal yang mengganggu perkembangan siswa.
3.      Teori Teknologi Pendidikan
Pendidikan ini memiliki kesamaan dengan pendidikan klasik, perbedaannya lebih mengutamakan teknologi pendidikan yaitu pembentukan dan penggunaan kompetensi, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama, lebih berorientasi pada masa sekarang dan akan datang, bukan masa lalu. Konsep pendidikan ini mengutamakan segi empiris, informasi objektif yang dapat diamati dan diakui serta dihitung secara haikiki.
4.      Filsafat & Teori Pendidikan
Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan matode ilmiah. Masalah-masalah kependidikan merupakan pertanyaan-pertanyaan piloshopis yang memerlukan pendekatan piloshopis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatan dapat menghasilkan pendangan-padangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan dengan demikian terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut :
a.       Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problemantika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang berkembang oleh seseorang filosofi tertentu berdasarkan corak serta warna aliran filsafat yang dianutnya.
b.      Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan pandangan dan aliran filsafat tertentu mempunyai relevansi di kehidupan nyata.
Artinya : Mengarahkan agar teori-teori dan pandangan Filsafat Pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Disinilah letak fungsi filsafat pendidikan dan memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut yang sesuai dengan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
c.       Filsafat, termasuk juga filsafat Pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah diantara dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan /paedagogik.
Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala kependidikan yang tertentu pula.
Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut dan untuk selanjutnya menyimpul serta dapat di susun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik). Disamping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat hubungan yang bersifat suplementar sebagaimana dikemukakan oleh "Azi Saefullah" dalam hubungan antara filsafat dan pendidikan sebagai berikut.
Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatan pada 2 fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
·        Kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
·        Kegiatan merumuskan sistem / teori pendidikan (Science of Education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan / organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam membangun masyarakat dan negara.
Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu : Filsafat pendidikan dan sistem / teori pendidikan dan hubungan antara ke duanya adalah bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidikan dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu.


KESIMPULAN

a.       Pengertian filsafat secara luas adalah
Ø  Usaha sperkulatif manusia yang sangat rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh pengetahuan selengkap mungkin berdasarkan kaidah imiah.
Ø  Ikhtiar atau usaha untuk menentukan batas-batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh.
Ø  Wacana tempat berlangsngnya penelusuran krtis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
Ø  Dapat di pandang sebagai suatu tubuh pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita lihat dan katakana. Dia harus seirng dan sejalan dalam aplikasi dan penerapannya di lapangan.
b.      Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan.
c.       Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
d.      Pedagogic sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan dan sesuai dengan jiwa dan isinya, agar dapat memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu tentu memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan filsafat. Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan dan dikatakan hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidiakan memerlukan ilmuniasi dan bantuan penyelesaian dalam filsafat.


DAFTAR PUSTAKA

Barnadib,Prof. Imam, M.A,Ph.D.1987.Filsafat Pendidikan(Pengantar Mengenai Sistem Dan Metode).YPFIP IKIP Yogyakarta:Yogyakarta.
Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek.
Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Saifullah, Drs.Ali H.A.1977.Antara Filsafat dan Pendidikan.Usana Offset:Surabaya

Tidak ada komentar :