PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan merupakan
bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan
manusia denganmakhluk hidup
lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya,
sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan
guna menuju kehidupan yang
lebihberarti. Anak-anak menerima pendidikan dari
orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu j uga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan
masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan abstrak. Pedagogik,
selain bercorak teoritis, juga bersifat praktis. Untuk yang teoritis diutarakanlah
hal-hal yang bersifat normative, ialah menunjuk kepada standard nilai tertentu;
sedangkan yang praktis, menunjukkan bagaimana pendidikan itu harus
dilaksanakan. Pedagogik, sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan dan
sesuai dengan jiwa dan isinya; agar dapat memenuhi persyaratan landasan konsep
dan fungsinya, sudah barang tentu memerlukan landasan-landasan yang berasal
dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan filsafat.
Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis
mengenai pendidikan, dan dikatakan hubungan bila berbagai pemikiran mengenai
pendidikan memerlukan iluminasi dan bantuan penyelesaiannya dari filsafat.
Filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan
yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran
dan pemecahan mengenai masalah pendidikan. Cabang-cabang suatu system filsafat,
dapat mendasari berbagai pemikiran mengenai pendidikan. Misalnya,
metafisika-karena “tinjauannya yang mendalam mengenai hal-hal dibalik dunia
fisik”, memberikan dasar-dasar pemikiran mengenai kurikulum, aksiologi,
mengenai masalah nilai dan kesusilaan; sedangkan logika memberikan landasan
pikiran mengenai pengembangan pendidikan kecerdasa.
Peranan filsafat yang mendasari berbagai
aspek pendidikan ini, sudah barang tentu merupakan sumbangan utama bagi
pembinaan pedagogic. Teori-teori yang tersusun karenanya dapat disebut
pendidikan yang berlandaskan filsafat.
Bila di muka telah diutarakan adanya filsafat pendidikan yang
berlandaskan filsafat, masih ada pendekatan lain yang berbeda aranya. Filsafat
pendidikan dapat terbentuk berdasarkan pendidikan; artinya, pendidikan dengan
problema-problemanya yang bersifat filosofis dipilih yang memerlukan jawab
secara filosofis pula. Filsafat pendidikan yang timbul demikian ini biasanya
bersifat terbuka akan kemungkinan-kemungkinan baru.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan
sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama,
mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa
mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang
diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan
dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat
dan peradaban. Butir kedua dan ketiga tersebut memberikan pengerian bahwa
pandidikan bukan hanya transfer
of knowledge tetapi jugatransfer
of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia. Landasan
Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya
dengan dunia pendidikan. Adapun cakupan landasan pendidkan adalah : landasan
hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan
psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai
landasan filsafat.
Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara
mendalam tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya. Sesuatu dapat berarti terbatas
dan dapat pula berarti tidak terbatas. filsafat membahas segala sesuatu yang
ada di alam ini yang sering dikatakan filsafat umum. sementara itu filsafat
yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni, filsafat
agama, dan sebagainya.
Jadi berfikir filsafat dalam pendidikan adalah berfikir
mengakar/menuju akar atau intisari pendidikan. Terdapat cukup alasan yang baik
untuk belajar filsafat, khususnya apabila ada pertanyaan-pertanyaan rasional
yang tidak dapat atau seyogyanya tidak dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu.
Misalnya: apakah yang dimaksud dengan pengetahuan dan/atau ilmu? Dapatkah kita
bergerak ke kiri dan kanan di dalam ruang tetapi tidak terikat oleh waktu?
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sekitar pendidikan dan ilmu
pendidikan. Kiranya kegiatan pendidikan bukanlah sekedar gejala sosial yang
bersifat rasional semata mengingat kita mengharapkan pendidikan yang terbaik
untuk bangsa Indonesia, lebih-lebih untuk anak-anak kita masing-masing; ilmu
pendidikan secara umum tidak begitu maju ketimbang ilmu-ilmu sosial dan biologi
tetapi tidak berarti bahwa ilmu pendidikan itu sekedar ilmu atau suatu studi
terapan berdasarkan hasil-hasil yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan atau
ilmu perilaku.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
FILSAFAT SEBAGAI LANDASAN
PENDIDIKAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologi kata flsafat berasal dari kata
Yunani yaitu filosofia yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti
mencintai kebijaksanaan, kata tersebut juga berasal dari kata Yunani yang
berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai/philia yang berarti
cintadan Sophia yang berarti kearifan. Dan kata tersebut lahirlah kata Inggris
philo dan sophy yang biasanya diterjemahkan sebagai lambing “cinta kearifan”.
Dari pengertian secara etimologi itu, menurut Prof.
Dr. Harun Nastion memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
1.
Pengetahuan
tentang hikmah;
2.
Pengetahuan
tentang prinsip atau dasar-dasar;
3.
Mencari
kbenaran;
4.
Membahas
dasar-dasar dari apa yang di bahas.
Filsafat menurut para ahli adalah:
1.
Konsep Plato
Plato memberikan istilah dengan dialektika yang
berartoi seni berdiskusi.
2.
Konsep
Al-Kindi
Sebagai ahli
pikir pertama dalam filsafat islam yang memberikan pengertian filsafat
dikalangan umat islam membagi filsafat dalam 3 macam, yaitu:
a. Ilmu Fisika
b. Ilmu Matematika
c. Ilmu Ke Tuhanan
3. Konsep Al-Farabi
Menurut Al-Farabi adalah ilmu yang menyelidiki hakekat yang sebenarnya
dari segala yang ada.
4.
Konsep
Aristoteles
Berpendapat
bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab-sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang sangat umumsekali.
5.
Konsep Ibnu
Sina
Membagi
filsafat menjadi 2 bagian yaitu teori dan praktek yang kedua-duanya berhubungan
dengan agama dimana dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan yang penjelasan dan
kelengkapannya diperoleh dengan tenaga dan akal manusia.
Pengertian filsafat secara luas adalah :
1. Usaha sperkulatif manusia yang sangat
rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh pengetahuan selengkap mungkin
berdasarkan kaidah imiah.
2. Ikhtiar atau usaha untuk menentukan
batas-batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh.
3. Wacana tempat berlangsngnya penelusuran krtis
terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
4. Dapat di pandang sebagai suatu tubuh
pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita lihat dan katakana. Dia harus
seirng dan sejalan dalam aplikasi dan penerapannya di lapangan.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang
mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang
sering dipertentangkan dengan ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran
ilmu haya di tinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Tujuan
filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan
menerbitkan serta mengetur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian
filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut
pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Filsafat merupakan pengetahuan yang mempelajari
seluruh fenomena kehidupan manusia secara kritis. Filsafat disebut juga ilmu
pengetahuan yang mencari hakekat dari berbagai fenomena kehidupan manusia.
Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh
kenyataan. Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk
mencapai hakekat dan memperoleh hikmat.
Dalam sejarah filsafat Yunani filsafat mencakup
seluruh bidang pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu khusus yang melepaskan diri
dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki
hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama
pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai objek material dan
formal. Namun yang membedakan diantara keduanya adalah filsafat mempelajari
seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu
realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia
memberi sumbangan dan induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu
pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat
membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan
ilmunya.
Filsafat menjembatani cara berpikir secara
1. Ontologi : hakekat apa yang di kaji
2. Epistemologi : cara mendapatkan pengetahuan
yang benar
3. Aksiologi : nilai kegunaan ilmu
B. Ilmu
Ilmu adalah suatu pengetahuan ilmiah yang memiliki syarat-syarat sebagai
berikut
1. Dasar pembenaran yang dapat di buktikan
dengan metode ilmiah dan teruji dengan cara kerja ilmiah.
2. Sistematik yaitu terdapatnya system yang
tersusun dari mulai proses, metode, dan produk yang saling terkait.
3. Intersubyektif yaitu terjamin keabsahan dan
kebenarannya.
Sifat-sifat ilmu yang penting yaitu :
1. Universal yaitu berlaku untuk umum, lintas ruang
dan waktu yang berada di bumi ini.
2. Communicable yaitu dapat mengkomunikasikan
dan memberikan pengetahuan baru kepada orang lain.
3. Progresif yaitu adanya kemajuan,
perkembangan, atau peningkatan yang merupakan tuntutan modern.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak
sekolah dasar pendidikan lanjtan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu
berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi lingkup
penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga di sebabkan metode yang
digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Semua
ilmu baik ilmu social maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu
fisafat.
Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu :
1. Apa yang di sebut benar dan apa yang disebut
salah (logika);
2. Mana yang di anggap baik dan mana yang
dianggap buruk (etika);
3. Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk
jelek (estetika).
C. Filasafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan
menelidiki sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu,
terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya. Kerapkali kita lihat ilmu
filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang saja,
padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari. Benar,
filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan metode berpikir sebagai
cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Aspek filsafat sesungguhnya merupakan faktor yang
sangat penting dalam menentukan kinerja dan mutu pendidikan di suatu Negara. Di
samping kajian filsafat mengenai eksistensi ilmu pendidikan, perumusan dan
kejelasan filsafat pendidikan itu sendiri akan menentukan kebijakan dasar
pendidikan, dan selanjutnya menentukan tingkat kemajuan dan perkembangan
pendidikan nasional. Atas dasar itu ilmu dan aplikasi pendidikan secara
komprehensif membahas berbagai aspek dan persoalan pendidikan
teoritis/filosofis, pendidikan praktis, pendidikan disiplin ilmu, dan
pendidikan lintas bidang, sangatlah tepat dan strategis.
Pada sisi lain, falsafah yang mendasari ilmu
pendidikan serta kebijakan dasar pendidikan secara umum, pada saat ini
dihadapkan pada konteks masyarakat Indonesia yang sedang berubah, suatu
masyaerakat reformasi transisional yang diharapkan menuju masyarakat yang
sejahtera, berkeadilan, demokrasi, egaliter, menghargai kenyataan pluralitas
masyarakat dan sumber daya, otonomi, dsbnya.
Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan
pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan
pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain
memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh
alasan yang bersifat moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia yang dididik
dan memerlukan pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati
nilai-nilai agar mampu mendalami nilai-nilai dan menata perilaku serta pribadi
sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati itu.
“Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan
teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”.
Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak
dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara
rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktek
dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua
pendidik dan peserta didik akan merugi.
Itu sebabnya pendidikan dalam praktek adalah fakta
empiris yang syarat nilai berhubung interaksi manusia dalam pendidikan tidak
hanya timbal balik dalam arti komunikasi dua arah melainkan harus lebih tinggi
mencapai tingkat maniusiawi seperti saya atau siswa mendidik diri sendiri atas
dasar hubungan pribadi dengan pribadi (higher order interactions) antar
individu dan hubungan intrapersonal secara afektif antara saya (yaitu I) dan
diriku (diri sendiri yaitu my self atau the self). Pendidik memang harus
bertindak pada latar mikro termasuk dalam kelas atau di sekolah kecil,
mempengaruhi peserta didik dan itu diapresiasi oleh telaah pendidikan berskala
mikro, yaitu oleh paedagogik (teoritis) dan andragogi (suatu pedagogic
praktis). Itu sebabnya ilmu pendidikan harus lebih inklusif daripada pengajaran
(yang makro) lebih utama daripada mengajar dan mendidik. Bahkan kegiatan
pengajaran disekolah memerlukan perencanaan dalam arti penyusunan persiapan
mengajar. Dalam pandangan ilmu pendidikan yang otonom, ruang lingkup pengajaran
tidak dengan sendirinya mencakup kegiatan mendidik dan mengajar.
Atas dasar pokok-pokok pikiran tentang aspek
lahiriah, psikologis dan rohaniah dari manusia dalam fenomena pendidikan maka
pendidikan dalam praktek haruslah secara lengkap mencakup bimbingan, mendidik,
mengajar dan pengajaran. Dalam fenomena yang normal peserta didik dapat
didorong aga belajar aktif melalui bimbingan dan mengajar. Tetapi adakalanya
dalam situasi kritis siswa perlu meniru cara guru yang aktif belajar sendiri
Ini berarti bahwa landasan pendidikan terdapat dalam pendidikan itu
sendiri, yaitu faktor manusianya. Dengan demikian landasan-landasan pendidikan
tidak mesti dicari diluar fenomena (gejala) pendidikan termasuk ilmu-ilmu lain
dan atau filsafat tertentu dari budaya barat. Oleh karena itu data ilmu
pendidikan tidak tergantung dari studi ilmu psikologi., fisiologi, sosiologi,
antropologi ataupun filsafat.
D. Ilmu Pendidikan
Pendidikan merupakan satu bidang ilmu sama halnya
dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yakni filsafat, sejalan
dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara
perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan
filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dari pembentukan
manusia. Filsafat diciptakan oleh maunusia untuk kepentingan memahami kedudukan
manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia. Sebagaimana
cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan
bukan merupakan filsafat umum atau murni melainkan filsafat khusus atau
terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan
segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu
aspek kehidupan manusia.
Dasar-dasar ilmu pendidikan yaitu :
1. Pendagogik sebagai ilmu murni menelaah
fenomena pendidikan, yaitu :
Adapun data itu mencakup fakta dan nilai serta jalinan antara keduanya.
Data factual tidak berasal dari ilmu lain tetapi dari objek yang dihadapi yang
ditelaah ilmuwan itu secara empiris. Begitu pula data nilai tidak berasal dari
filsafat tertentu melainkan dari pengalaman atas manusia secara hakiki.
Filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu pendidikan tidak menganut aliran atau
suatu filsafat tertentu.
Implikasi jelas bahwa batang tubuh ilmu pendidikan haruslah
sekurang-kurangnya secara mikro mencakup
a. Relasi sesame manusia pendidik dengan terdidik
b. Pentingnya ilmu pendidikan mempergunakan
metode fenomenologi secara kualitatif.
c. Orang dewasa yang berperan sebagai pendidik.
d. Keberadaan anak manusia sebagai terdidik
e. Tujuan pendidikan
f.
Tindakan
dan proses pendidikan.
g. Lingkungan dan lembaga pendidikan.
Pendidikan luar sekolah dalam arti terbatas dengan
batang tubuh yang di perlukan lingkupnya sehingga meliputi :
a. Konteks social buadaya
b. Filsafat pendidikan dan sejarah pendidikan
c. Teori, pengembangan dan pembinaan kurikulum,
serta cabang ilmu pendidikan lainnya yang bersifat preskriptif
d. Berbagai study empiric tentang fenomena
pendidikan
e. Berbagai study pendidikan aplikatif khususnya
mengenai pengajaran termasuk pengembangan.
Dalam pedagogic terdapat pembicaraan tentang factor
pendidikan yang meliputi :
a. Tujuan hidup
b. Landasan falsafah dan yuridis pendidikan
c. Pengelolaan pendidikan
d. Teori dan pengembangan kurikulum
e. Pengajaran dalam arti pembelajaran yaitu
pelaksanaan kurikulum dalam arti luas di lembaga formal dan non formal terkait.
2. Telaah
ilmiah dan kontribusi ilmu bantu
Yang menjadi inti ilmu
pendidikan teoritis ialah Pedagogik sebagai ilmu mendidik yaitu mengenai
tealaah (atau studi) pendidikan anak oleh orang dewasa. Pedagogik teoritis
selalu bersifat sistematis karena harus lengkap problematic dan pembahasannya.
Diantara ilmu bantu yang
penting bagi pedagogic dan androgogi ialah : biologi, psikologi, sosiologi,
antropologi budaya, sejarah dan fenomenologi (filsafah).
a. Pendekatan
fenomenologi dalam menelaah gejala pendidikan
Pedagogik adalah ilmu pendidikan yang bersifat
teoritis dan bukan pedagogic yang filosofis. Pedagogik melakukan telaah fenomenologis
atas fenomen yang bersifat empiris sekalipun bernuansa normative. Berfikir
filosofis pada satu sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris
berjalan bersama-sama.
b. Kontribusi
ilmu-ilmu bantu terhadap pedagogic
Ilmu pendidikan khususnya
pedagogic dan androgogi tidak menggunakn metoda deskriptif-eksperimental karena
manfaatnya terbtas pada pemahaman atas perubahan perilaku siswa. Sedangkan
prediksi dan kontrol yang eksperimental diterapakan dan itupun manfaatnya
terbatas sekali.
Pedagogic dan androgogi
harus menjadi ilmu otonom yang menerapkan metode fenomenologi secara
kualitatif. Maksudnya ialah agar dapat memperoleh data yang tidak normative
(data factual) dalam jumlah seperlunya dari ilmu biologi, psikologi dan
ilmu-ilmu sosial.
E. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Oleh
karena bersifat filosofis dengan sendirinya filsafat pendidikan ini pada
hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan
pendidikan. Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan ini tidak hanya
ke-insidental, melainkan suatu keharusan.
Oleh karena filsafat mengadakan tinjauan yang luas
mengenai relita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan
hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep
tujuan dan metodologi pendidikan. Di samping itu, pengalaman pendidik dalam
menuntun pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan
dengan realita. Semuanya ini dapat disampaikan kepada filsafat untuk dijadikan
bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri.
Bila pendidik memandang formasubstansialitas manusia
itu bersifat biologis, dapat mempunyai visi pendidikan dan naturalistis.
Pendidik dalam lingkungan adalah jean Jacques rousseau, yang menuliskan
pandangan-pandangannya dalam bukunya yang berjudul emile. Dalam buku ini
dituliskan bahwa latihan indera adalah praktek pendidikan yang amat penting
artinya. Lain halnya bila anak didik dipandang sebagai makhluk spiritual.
Landasan untuk menentukan ide dan tujuan pendidikan adalah pandangan keabadian
dan ke-Tuhanan. Anak didik dipandang mempunyai kepribadian bukan sebagai
entitet mekanistis belaka.
Filsafat pendidikan telah sewajarnya dipelajari oleh
mereka yang memperdalam ilmu pendidikan dan keguruan. Ada beberapa alasan untuk
ini :
a. Adanya problema-problema pendidikan yang
timbul dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian ahlinya masing-masing.
b. Dapatlah diperkirakan bahwa barang siapa yang
mempelajari filsafar pendidikan dapat mempunyai pandangan-pandangan yang
jangkauannya meliputi hal-hal yang diketemukan secara ekseprimental atau
empiris.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam study mengenai
masalah-masalah pendidikan.
Menurut Zanti Arbi (1988) Filsafat Pendidikan adalah
meliputi sebagai berikut :
1. Menginspirasikan
1. Menginspirasikan
Memberi insparasi kepada para pendidik untuk
melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Sudah tentu ide-ide ini didasari
oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarakat atau lingkungan
dan negara.
2. Menganalisis
Memeriksa teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat
diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam
penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancan, umpang tindih,
serta arah yang simpang siur.
3. Mempreskriptifkan
Upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada
pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat manusia
bila dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut
dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa
diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan
pendidik, arah pendidikan yang jelas, target-target pendidikan bila dipandang
perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat,
dan minat anak-anak.
.4. Menginvestigasi
Memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori
pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatau konsep
atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari
sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui
penelitian-penelitian.
Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya
dihasilkan berbagai teori pendidikan diantaranya :
1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian,
keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial
tertentu. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut
, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini
lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan
budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu
sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya
melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman
belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut
dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti
pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.
Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu
1. Filsafat Praktek Pendidikan
Diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif
tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam
kehidupan.
Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah
pokok yaitu :
a. apakah
sebenarnya pendidikan itu;
b. apakah
tujuan pendidikan itu sebenarnya dan
c. dengan cara
apa tujuan pendidikan dapat dicapai
2. Filsafat Ilmu Pendidikan.
Secara konsepsional diartikan sebagai analisis
kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori
pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif.
Filsafat
ilmu pendidikan membahas mengenai
a. Struktur ilmu
b. Kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.
Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat)
macam yaitu :
a. Ontologi Ilmu Pendidikan yang membahas
tentang hakekat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan.
b. Epistomologi Ilmu Pendidikan yang membahas
tentang hakekat objek formal dan material ilmu pendidikan.
c. Metodologi Ilmu Pendidikan yang membahas
tentang hakekat cara-cara kerja dalam menyusun ilmun pengetahuan.
d. Aksiologi Ilmu Pendidikan yang membahas
tentang hakekat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan.
Pedekatan-pendekatan Filsafat Pendidikan
1. Pendidikan progresif.
Pendidikan progresif kontemporer dala filsafat
pendidikan bersumber pada dasar-dasar pemikiran sebagai berikut :
a. Bahwa dasar pendidikan adalah sosiologi, atau
filsafat social humane ilmiah, yang spektis terhadap kenyataan yang metafisis
transedental.
b. Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya
kenyataan hidup yang essensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan
berkembang.
c. Bahwa ‘truth is man-made’ artinya kebenaran
dan kenyataan adalah hasil kreasi manusia, dengan sifatnya yang tempore bahkan
subyektif.
d. Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan
pendidikan relative ditentukan oleh perkembangan tenaga pengembang sejarah atau
social manusia.
e. Bahwa antara tujuan dan alat sarana hidup dan
penghidupan manusia di tentukan oleh tenaga pengembang sejarah atau social
manusia.
2. Pendekatan tradisional dalam filsafat pendidikan melandaskan diri pada
asas-asas di bawah ini :
a. Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat
dan ilmu pengetahuan normative yag lain, sehingga mempelajari filsafat harus
memiliki pegetahuan tentang filsafat.
b. Bahwa kenyataan yang esenssial baik dan benar
dalah segala kenyataan yang tetap kekal, dan abadi.
c. Bahwa nilai dan norma yang benar adalah nilai
yang absolute, universal, dan obyektif.
d. Bahwa tujuan yang baik dan benar menentukan alat dan sarana artinya
tujuan yang baik harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.
e. Bahwa factor-faktor pengembang sejarah dan social adalah memberikan
sarana dan alat untuk tujuan kemakuran hidup, sebagai tujuan hidup dan
pendidikan hidup sebagai tujuan hidup dan pendidikan yang didasarkan pada
aliran filsafat tertentu.
F. Filsafat Ilmu Pendidikan
Antara filsafat dan ilmu pendidikan terdapat hubugan
horizontal, meluas ke samping, yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang
satu dengan cabang ilmu yang lainnya, sehingga merupakan sintesa yang merupakan
terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian
problema-problema pendidikan dan pengajaran. Seperti ilmu sosiologi pendidikan
merupakan ilmu terapan, yaitu suatu lapangan studi yang mempelajari sumber-sumber
sosiologis terhadap problema-problema pendidikan umpamanya, dan seterusnya yang
masih banyak lagi.
Filsafat pendidikan dengan dikian merupakan
pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang
pendidikan dan pengajaran. Sebaliknya filsafat pendidikan menunjukkan hubugan
vertical, naik k eats atau turun ke bawah, dengan cabang-cabang ilmu pendidikan
yang lain, seperti pengantar pendidikan, teori pendidikan, perbandingan
pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertical antara disiplin
ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan
pendalaman ats rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis. Prinsip dasar yang
dikemukakan oleh Thorndike ini menjadi salah satu motor penggerak pengembangan
ilmu pendidikan, yang pada waktu ini dapat dihayati dengan pengungkapan data
kuantitatif yang merupakan salah satu dari kekayaannya. Tugas ilmu menjadi
lebih Nampak hasilnya bila telah sampai pada terjangkaunya hasil-hasil
penelitian yang pengujian hipotesa, laporan serta rekomendasinya.
Disamping pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya
kuantitatif seperti tersebut diatas, ada yang lain-lain yang memerlukan jawa
yang dapat menunjukkan hakiki dan kearah mana pendidikan itu dibawa. Misalnya :
untuk apakah sebenarnya sekolah itu didirikan? Anak didik itu ada sebagai ia
berada, sedangkan masyarakat dan Negara menginginkan anak didik terbina sesuia
dengan ideology yang telah digariskan. Maka timbul pertanyaan apakah yang
seharusnya pendidikan lakukan untuk memimpin anak didik itu untuk mewujudkan
tujuan diatas.
Jawab mengenai pertanyaan pertama seharusnya
berkisar pada konsep atau landasan pikiran bahwa pendidikan memerlukan suatu
lembaga diluar keluarga, yang mempunyai peranan bagi terbinanya masyarakat yang
ideal. Sedangkan untuk pertanyaan kedua diperlukan jawan yang berupa
konsep-konsep tentang isi dan proses pendidikan yang mempertemukan potensi anak
didik dan gambaran manusia ideal menurut masyarakat dan Negara itu.
G. Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan
Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar
istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang
filsafat bahkan filsafat pendidikan.
Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola
pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan
pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah
satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang
memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang
pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan
manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada
khususnya.
H. Hubungan Filsafat Pendidikan Dengan Ilmu
Pendidikan
Ilmu pendidikan atau pedagogic adalah ilmu yang
membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyuluruh dan abstrak.
Pedagogic selain bercorak teoritis diutarakanlah hal-hal yang bersifat
normatif, ialah menunjuk kepada standar nilai tertentu, sedangkan yang praktis,
menunjukkan bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan. Pedagogic sebagai ilmu
pokok dalam lapangan pendidikan dan sesuai dengan jiwa dan isinya, agar dapat
memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu tentu
memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya
mempunyai hubungan dengan filsafat. Dikatakan landasan, bila filsafat
melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan dan dikatakan
hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidiakan memerlukan ilmuniasi dan
bantuan penyelesaian dalam filsafat.
Filsafat pendidikan sebagai ilmu pendidikan yang
bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan
pemecahan mengenai masalah pendidikan, terutama dalam melihat dan meyelesaikan
persoalan pendidikan yang nondiskriminatif. (Imam Barnadib,1995:7)
I.
Peranan
Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi
bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum
dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan
dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat
pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi
masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik.
J. Filsafat Dan Teori Pendidikan
1. Teori pendidikan klasik ( Classical Education)
Pendidikan ini berfungsi memelihara, mengawetkan dan
meneruskan semua warisan budaya yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai
yang telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Teori ini lebih menekankan
pada peranan isi pendidikan dari pada proses atau bagaimana mengerjakannya.
Ada dua modul kependidikan klasik yaitu :
a. Parenialisme yang berkembang di Eropa dalam masyarakat
aristokratis-agraris.
b. Essensialisme berkembang di AS dalam masyarakat industri.
2. Teori pendidikan pribadi ( personalized Education)
Pendidikan lebih mengutamakan pada peranan siswa,
pendidik menempati posisi kedua, ia lebih sebagai psikolog bidang yang membantu
siswa melahirkan ide-idenya, sebagai pembimbing, pendorong, psikiator dan
pelajar bagi siswa.
Pengalaman merupakan isi sekaligus guru alamiah bagi
anak. Anak tidak diajari tetapi didorong untuk belajar. Guru menyediakan
lingkungan belajar, memberikan kebebasan agar anak belajar dan berkembang
sendiri. Guru juga berperan sebagai sumber lingkungan belajar, membantu siswa
dan menjaga hal-hal yang mengganggu perkembangan siswa.
3. Teori Teknologi Pendidikan
Pendidikan ini memiliki kesamaan dengan pendidikan
klasik, perbedaannya lebih mengutamakan teknologi pendidikan yaitu pembentukan
dan penggunaan kompetensi, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama, lebih
berorientasi pada masa sekarang dan akan datang, bukan masa lalu. Konsep
pendidikan ini mengutamakan segi empiris, informasi objektif yang dapat diamati
dan diakui serta dihitung secara haikiki.
4. Filsafat & Teori Pendidikan
Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan
dengan menggunakan matode ilmiah. Masalah-masalah kependidikan merupakan
pertanyaan-pertanyaan piloshopis yang memerlukan pendekatan piloshopis pula
dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap pandangan-pandangan tertentu
mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatan
dapat menghasilkan pendangan-padangan tertentu mengenai masalah-masalah
kependidikan yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan yang
tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan dengan demikian terdapat
hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori
pendidikan tersebut secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut :
a. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah
merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan
dalam memecahkan problemantika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Aliran filsafat
tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap
teori-teori pendidikan yang berkembang oleh seseorang filosofi tertentu
berdasarkan corak serta warna aliran filsafat yang dianutnya.
b. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar
teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan
pandangan dan aliran filsafat tertentu mempunyai relevansi di kehidupan nyata.
Artinya : Mengarahkan agar teori-teori dan pandangan Filsafat Pendidikan
yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan
sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam
masyarakat. Disinilah letak fungsi filsafat pendidikan dan memilih dan
mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori
pendidikan tersebut yang sesuai dengan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan
pandangan hidup dari masyarakat.
c. Filsafat, termasuk juga filsafat Pendidikan,
juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah diantara dalam
pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan /paedagogik.
Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan
diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu akan menghasilkan dan
menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala kependidikan yang tertentu pula.
Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan
memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut dan untuk selanjutnya
menyimpul serta dapat di susun teori-teori pendidikan yang realistis dan
selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik). Disamping hubungan
fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat
hubungan yang bersifat suplementar sebagaimana dikemukakan oleh "Azi
Saefullah" dalam hubungan antara filsafat dan pendidikan sebagai berikut.
Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi
mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatan pada 2 fungsi tugas
normatif ilmiah, yaitu:
·
Kegiatan
merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat
hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi
moral pendidikannya.
·
Kegiatan
merumuskan sistem / teori pendidikan (Science of Education) yang meliputi
politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan / organisasi pendidikan, metodologi
pendidikan dan pengajaran termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan
dalam membangun masyarakat dan negara.
Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan
yaitu : Filsafat pendidikan dan sistem / teori pendidikan dan hubungan antara
ke duanya adalah bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya
diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidikan dan bukan hanya sebagai pengajar
bidang studi tertentu.
KESIMPULAN
a. Pengertian filsafat secara luas adalah
Ø Usaha sperkulatif manusia yang sangat
rasional, sistematik, konseptual untuk memperoleh pengetahuan selengkap mungkin
berdasarkan kaidah imiah.
Ø Ikhtiar atau usaha untuk menentukan
batas-batas pengetahuan secara koheren dan menyeluruh.
Ø Wacana tempat berlangsngnya penelusuran krtis
terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu
pengetahuan.
Ø Dapat di pandang sebagai suatu tubuh
pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita lihat dan katakana. Dia harus
seirng dan sejalan dalam aplikasi dan penerapannya di lapangan.
b. Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada
hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan
pendidikan.
c. Antara filsafat dan pendidikan terdapat
hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin
ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa
yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada
penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
d. Pedagogic sebagai ilmu pokok dalam lapangan
pendidikan dan sesuai dengan jiwa dan isinya, agar dapat memenuhi persyaratan
landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu tentu memerlukan
landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya mempunyai
hubungan dengan filsafat. Dikatakan landasan, bila filsafat melahirkan
pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan dan dikatakan hubungan
bila berbagai pemikiran mengenai pendidiakan memerlukan ilmuniasi dan bantuan
penyelesaian dalam filsafat.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnadib,Prof. Imam, M.A,Ph.D.1987.Filsafat Pendidikan(Pengantar Mengenai
Sistem Dan Metode).YPFIP IKIP Yogyakarta:Yogyakarta.
Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar
Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media
Iptek.
Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Saifullah, Drs.Ali H.A.1977.Antara Filsafat dan Pendidikan.Usana
Offset:Surabaya
Tidak ada komentar :
Posting Komentar