A. SEJARAH SINGKAT SEMEN PORTLAND
Dalam
perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa
hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton. Legenda diatas menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu
khususnya di Indonesia.
Pada
awalnya perekat dan penguat bangunan merupakan hasil percampuran batu kapur dan
abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di
Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang
artinya kira-kira “memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan”.
Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak
berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan
(tahun 1100 – 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Baru
pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John
Smeaton – insinyur asal Inggris – menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar
biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah
liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall,
Inggris.Tahun 1797 James Parker, berkebangsaaan Inggris membuat semen hydraulic
dengan cara membakar batu kapur dan Tahun 1802 Semen diproduksi di Prancis
dari butiran (nodule) Tahun 1810 Edgar Dobbs, Dari Inggris membuat semen dari
batu kapur dan tanah liat Tahun 1813 Vicat, dari Prancis.
Tahun
1822 James frost, dari Inggris mulai membuat semen dari batu kapur dan tanah
liat Tahun 1850 David O Saylor, dari Pennsylvania batuan semen diproduksi
dengan tungku tegak, Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses
pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur
berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia
sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip
tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang
banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya,
Proporsi campuran Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan
dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung
(Tanah Liat) yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir),
aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian
dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.
Kira-kira
20 tahun kemudian setelah pembaharuan oleh Joseph Aspidin, barulah mulai
diproduksi semen dengan kualitas yang dapat diandalkan. Dalam hal penelitian
tentang pembuatan semen ini, prestasi dari I.C. Johson yang mulai meletakkan
dasar-dasar proses kimia dan fisika dalam pembuatan semen Portland. pendirian
pabrik semen Tahun 1825 James Frost –Ingrris di Swamcombe,Belgia Tahun 1855 di
Jerman Tahun 1871 David O Saylor , Di USA Tahun 1875 Di Jepang Kapasitas
produksi pun mengalami kenaikan secara menyolok , pada tahun 1908 mulai
diintroduksi rotary kiln sebagai inovasi dari shaft kiln. Pada tahun 1906,
Corel Christoper lau, seorang ahli teknik pemerintah belanda menemukan deposit
batu kapur dan batu silica yang sangat besar disekitar indarung-Padang. Hal
tersebut diatas mengundang minat pihak swasta Belanda untuk mengolahnya,
sehingga pada tanggal 18 maret 1910 mereka mendirikan suatu perusahaan dengan
nama NV. Nederlands Indishe Portland Cement Maatscappij (NV.NIPCM).
Pembungunan
pabrik semen di Indonesia Tahun 1911 Kapasitas Produksi 22.900 ton semen/tahun
Yang mana pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945 pabrik ini dikuasi olh
Jepang dengan manajemen dari Asano Cement Ketika Proklamasi kerdekaan Indoseia
tahun 1945 pabrik ini diambil alih oleh karyawannya yang kemudaian
menyerahkannya pada pemerintah RI Pada tahun 1947 pabrik ini direbut kembali
olh pemerintah Belanda, kemudai namanya diganti menjadi NV. Padang Portland
Cement Maatschhappij (NV.PPCM) Tanggal 15 Juli 1958 Pabrik ini diambil kembali
oleh pemerintah RI. Tahun 1957 PT. Semen Gresik Jawa Timur Tahun 1968 PT.Semen
Tonasa Pangkep-Sulsel Tahun 1975 PT. Semen Cibinong dan PT.Indocement Tahun
1999 PT.Semen Bosowa (Maros Sulsel) mulai berproduksi dengan kapasitas
terpasang 1.8 juta ton clinker ton /tahun.
B.
PENGERTIAN SEMEN
Semen berasal dari
kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu mempesatukan atau
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk
yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan
sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam pengertian yang luas
adalah material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan
konstruksi bangunan.
Usaha untuk membuat
semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar batu kapur dan tanah liat.
Joseph Aspadain yang merupakan orang inggris, pada tahun 1824 mencoba membuat
semen dari kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat yang telah
dihaluskan, digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam tungku, sehingga
terjadi penguraian batu kapur (CaCO3) menjadi batu tohor (CaO) dan
karbon dioksida(CO2). Batu kapur tohor (CaO) bereaksi dengan
senyawa-senyawa lain membemtuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung
yang kemudian dikenal dengan Portland.
C.
UNSUR-UNSUR PEMBUATAN SEMEN
Unsur-unsur penyusun semen menurut Eropa standard
- Portland Cement Clinker (K)
- Granulated blastfurnace slag (S)
- Pozzolanic material (P & Q)
- Fly ash (V & W)
- Burnt shale (T)
- Limestone (L, LL)
- Silica fume (D)
- Minor additional constituents
- Calcium sulfate
- Additives
Penyusun semen terbagi menjadi
dua unsur tambahan, yaitu unsur tambahan utama dan unsur tambahan minor. Unsur
tambahan utama dari point 1 sampai dengan point 7 pada daftar diatas asalkan
kompisisinya melebihi 5 % dari berat total semen dan unsur tambahan minor dari
point 1 sampai dengan point 8 pada daftar diatas asalkan komposisinya kurang
atau sama dengan 5 % dari berat total semen.
Kinker Semen Portland (K)
Portland semen klinker juga
disebut sebagai klinker semen atau klinker saja. Setidaknya dua pertiga
terdiri dari dua sulfat kalsium, yaitu tri-dan di-kalsium silikat, yang mana
kaya dengan CaO dan dapat bereaksi dengan air pencampur dan
mengeras dengan cepat. Oleh karena itu disebut zat hidrolik.
Granulated
Blastfurnace Slag (S)
Blast furnace slag didapatkan
dari kerak pengolahana biji besi, Blast furnace memiliki sifat hidrolisis yang
bereaksi secara lambat dengan air tetapi apabila ditambahkan dengan klinker
semen maka akan bereaksi dan mengeras secara cepat dan terbentuk kalsium
silikat hidrat.
Pozzolanic Material
(P & Q)
Pozzolan adalah bahan alam atau
bahan dari industri yang mengandung SiO2 reaktif, dalam kondisi yang
halus dan dengan adanya air pada kondisi temperatur normal bereaksi dengan
kalsium hidroksida-Ca(OH)2 yang membentuk kalsium Silikat terhidrasi
yang bersifat hirolisis dan mengeras.
Silika reaktif yang terdapat
dalam bahan pozzolan baik dalam bentuk SiO2 bebas atau pun dalam bentuk Alumina
Silikat sangat penting dalam proses pengerasan pozzolan, Kalsium Alumina Hidrat
juga dapat memberikan kontribusi terhadap pembentukan kuat tekan. Proporsi CaO
dalam pozzolan tidak begitu penting yang tepenting adalah kandungan SiO2
rekatif yang mana kandungannya minimum 25 % dari berat pozzolan
Bahan Pozzolan terbagi 2 jenis :
Fly Ash (V & W)
Berdasarkan kereaktifan
komposisinya maka Fly ash terbagi menjadi 2 yaitu :
- Siliceous Fly ash (V), adalah fly ash halus yang sebagian besar berbentuk partikel bola dan seperti kaca yang memiliki sifat pozzolanic. Fly ash jenis ini mengandung CaO reaktif kurang dari 5 % dan kurang lebih 25 % SiO2 reaktif.
- Calcareous fly ash (W), adalah bubuk fly ash yang mempunyai sifat hidraulik. Fly ash jenis ini mengandung CaO rekatif tidak boleh kurang dari 5 % biasanya mengandung CaO reaktif antara 5 – 15 % dan mengandung SiO2 reaktif lebih dari 25 %.
Semen dibuat dari batu kapur (limestone) dan
campuran material lain seperti lempung (clay) dan pasir (sand) yang dipanaskan
sampai 1450°C di dalam sebuah tungku pemanas (kiln). Hasil pembakaran ini
adalah “clinker” yang kemudian digiling halus dengan ditambahkan
sedikit bahan gypsum sehingga menjadi semen yang kita kenal.
Semen merupakan bahan bangunan yang sangat banyak
digunakan, terutama untuk pekerjaan pembuatan beton. Di samping itu, semen juga
digunakan untuk pekerjaan lainnya misalnya pemasangan batu bata, plesteran
dinding, pemasangan keramik lantai, dll.
Dalam hubungannya dengan pekerjaan beton, unsur-unsur
kimia di dalam semen ini sangat mempengaruhi sifat karakteristik beton yang
dibuat.
Unsur-unsur kimia utama di dalam semen adalah:
- 3CaO.SiO2 : tricalsium silicate, disingkat C3S
- 2CaO.SiO2 : dicalsium silicate, disingkat C2S
- 3CaO.Al2O3 : tricalsium aluminate, disingkat C3A
- 4CaO.Al2O3.Fe2O3 : tetracalsium aluminoferrite, disingkat C4AF
Bahan lainnya (< 5%) adalah Gipsum, oksida
alkali, magnesium oksida, dan phosporus pentoksida.
![]() |
Komposisi unsur-unsur kimia tersebut di dalam semen
sangat mempengaruhi sifat-sifat dan kegunaan semen tersebut. Peranan
masing-masing unsur kimia dalam semen tersebut dapat dijelaskan sbb:
C3S
- Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen
- Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 70% dalam 1 minggu
- Menghasilkan panas hidrasi (panas yang terjadi akibat reaksi antara semen dengan air) tinggi, sekitar 500 joule/gram
C2S
- Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen
- Pengerasan pasta semen berlangsung lambat (dalam beberapa minggu sampai 1 bulan)
- Menghasilkan panas hidrasi lebih rendah, sekitar 250 joule/gram
C3A
- Bereaksi dengan air membentuk pasta semen berkekuatan rendah
- Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 1 s.d 2 hari
- Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 850 joule/gram
C4AF
- Bereaksi dengan air membentuk pasta semen
- Pengerasan pasta semen berlangsung sangat cepat, dalam beberapa menit
Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 420
joule/gram
D. PROSES PENGOLAHAN
SEMEN
Terdapat dua proses pengolahan,
yaitu : proses basah dan proses kering. Proses basah meliputi material yang
masih basah, material ini diambil dari alam dan langsung diproses.
1. Proses pengolahan material basah:
a.
Tanah
liat yang diambil langsung dari alam, campukan dengan air dan diaduk hingga
menjadi bubur dalam bak cuci yang terbuat dari beton.
b.
pengadukan,
semua kotoran seperti akar tumbuhan, pasir dan kerikil dipisahkan.
c.
Lumpur
Tanah liat yang bersih dipindahkan bejana, dengan cara di pompa sembari jumlah
kadar airnya di kurangi.
d.
Batu
kapur dari alam di tumbuk halus hingga dapat menembus saringan 90 micron.
Penggilingan dimulai dari penggilingan kasar yang menggunakan Jaw Crusher,
hingga penggilingan halus yang menggunakan Roll Crusher. Kemudian dicampurkan
air hingga menjadi lumpur batu kapur.
e.
Proses
pembakaran, setelah lumpur tanah liat dan lumpur kapur jadi. Masukkan kedalam
silo atau tungku bakar yang memiliki ukuran 150 M. tungku ini memiliki ruang-ruang
sebagai berikut:
-
ruang
paling ujung merupakan ruang yang dinding-dinding ruangnya dilengkapi dengan
sirip-sirip baja tipis untuk memperluas penguapan.
-
Ruang
berikutnya, dinding tungku terdapat rantai baja. Dengan adanya ratai ini
penguapan air semakin sempurna, serta gumpalan-gumpalan lumpur kering pecah
-
Bahan
yang telah diolah tadi kemudian dipanaskan lagi dengan suhu 500-900oC. Pada
tahap ini akan terjadi penguapan air kristal yang terdapat dalam partikel bahan
olahan tadi, dan juga CO2, SO3 dan senyawa lainya ikut menguap sedangkan bahan organik
lainya akan terbakar.
-
Kemudian
bahan tesebut akan mengalir keruang pembakaran yang suhunya berkisar 900-1350
oC.
-
Dalam
ruang pembakaran (Firing zone) senyawa oksida mulai beraksi satu dengan yang
lain, untuk membentuk senyawa semen (C3S, C2S, C3A, dan C4AF), kemudian menggumpal
dalam keadaan setengah meleleh yang disebut klinker.
-
Klinker
yang panas, kemudian dimasukkan keruangan pendingin dengan suhu biasa agar
klinker cepat dingin. Keluar dari ruang pendingin biasanya suhu klinker ± 30 oC
kemudian agar cukup dingin.
Penggilingan
klinker biasanya merupakan siklus yang tertutup (Close circuit). Hasil gilingan
diayak 170 mesh (90 micron), yang masih kasar masuk kembali ke ball mill dan
semen bubuk dapat dipasarkan.
Proses kering meliputi material yang telah kering atau yang basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum di proses. Proses pengolahan material kering:
Proses kering meliputi material yang telah kering atau yang basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum di proses. Proses pengolahan material kering:
Proses
pengolahan material menjadi bahan mentah hampir sama dengan pengolahan proses
basah, namun yang berbeda adalah semua bahan mentah dikeringkan terlebih dahulu
hingga benar-benar kering. Selain itu pencampuran kapur dan tanah liat juga
dalam keadaan kering, setelah bahan mentah jadi, proses pembakaran hingga
pemasaran sama saja dengan proses basah.
E. TIPE-TIPE SEMEN
1. Tipe-tipe semen, dan penggunaan sesuai tipenya
-
Tipe
I, merupakan semen yang digunakan untuk bangunan umum tanpa syarat khusus. Nama
lain dari semen ini adalah Ordinary Portland Cement (OPC).
-
Tipe
II, dapat digunakan bila ada gangguan dari sulfat yang sedang dan panas hidrasi
sedang.
-
Tipe
III, semen ini memiliki proses pengerasan yang cepat. Biasanya digunakan untuk
pembangunan yang penyelesaiannya cepat atau di batasi waktu.
-
Tipe
IV, semen yang panas hidrasinya rendah.
-
Tipe
V, semen ini digunakan apabila pembangunan ada di sekitar tepian pantai atau
bangunan tersebut memiliki gangguan sulfat yang tinggi.
F. JENIS-JENIS
SEMEN
1. Semen Portland pozolan
1. Semen Portland pozolan
Semen
ini merupakan hasil dari: semen Portland di tambah dengan pozolan, yang mana
pozolan yang di tambahkan bekrisar 10-30%. Nama lain dari semen ini Traz
Portland Cement, semen ini sering dipakai di Negara Jerman. Tras yang di
gunakan adalah Tras Andernach. Tras adalah batuan gunung api yang telah
mengalami perubahan
komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah
tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan,
kompak dan padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana. Tras memiliki
bahan penyusun kimia yaitu SiO2(62,85%), Al2O3(18,18%), Fe2O3(4,99%),
K2O(3,45%), Na2O(1,86%), MnO(0,06%). (Hijhoff,1970) Oksida-oksida tersebut
dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen ketika bereaksi dengan
air. Dalam ilmu bahan bangunan ada beberapa jenis bahan yang dikategorikan
sebagai bahan ikat dalam adukan, di antaranya adalah semen, kapur, pozolan dan
beberapa bahan ikat lainnya.Tras merupakan salah satu pozolan yang pemanfaatannya belum secara optimal.
komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah
tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan,
kompak dan padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana. Tras memiliki
bahan penyusun kimia yaitu SiO2(62,85%), Al2O3(18,18%), Fe2O3(4,99%),
K2O(3,45%), Na2O(1,86%), MnO(0,06%). (Hijhoff,1970) Oksida-oksida tersebut
dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen ketika bereaksi dengan
air. Dalam ilmu bahan bangunan ada beberapa jenis bahan yang dikategorikan
sebagai bahan ikat dalam adukan, di antaranya adalah semen, kapur, pozolan dan
beberapa bahan ikat lainnya.Tras merupakan salah satu pozolan yang pemanfaatannya belum secara optimal.
2. Semen putih
Campuran
semen ini memiliki kadar Fe2O3-nya rendah, karna warna abu-abu pada semen
portland disebabkan oleh serbuk besi. Semen ini dibuat dari batu kapur dan
tanah liat putih (kaolin), kadar Fe2O3 tidak boleh lebih dari 1,5%.
Pengolahannya sama dengan pengolahan semen biasa, tapi tidak menggunakan alat-alat
yang mengandung besi.
3. Mansory cement
Semen
ini berfungsi untuk pasangan tembok dan plasteran. Semen ini dibuat dari semen
Portland dan di campur dengan hasil gilingan batu kapur. Namun semen tipe I
lebih baik dibandingkan dengan semen ini.
4. Semen sumur minyak
Berfungsi
untuk menyemen pipa pengeboran minyak, melapisi bocoran air atau gas. Semen ini
di pakai dalam bentuk bubur cair yang di pompakan dengan tekanan tinggi yang
mencapai 1200 kg/cm2 dengan suhu rata-rata lebih dari 170o dalam keadaan belum
mengeras.
5. Hidropobic cement
5. Hidropobic cement
Klinker
yang di giling dengan tambahan asam oleat atau asam streat.
6. Waterproofed cement
6. Waterproofed cement
Semen
yang digunakan di Inggris yang terbuat dari semen Portland yang ditambahkan
calsium, aluminium, atau sterat logam lainnya.
7. Semen alumina
Tebuat
dari batu kapur dicampur dengan bauksit dengan kadar campuran 60-70% (batu
kapur), dan 30-40% (bauksit). Campuran dibakar pada suhu 1600oc dalam tungku
listrik sampai cair, kemudian hasil pembakaran tadi di tambahkan gipsum.

Tidak ada komentar :
Posting Komentar